- Thumbnail
- Resources
- https://salazad.com/
- Author
- Salazad
- Printed File Format
- Page(s)
- 2
- Instruction Format
- Unavailable
Jaranan Buto Papercraft
Jaranan Buto is a performing art originating from Banyuwangi, Indonesia, which uses accompanying music consisting of several instruments and pieces. It is also known as a traditional art form that has been passed down through generations. Jaranan Buto is often performed in ceremonies and festivals, and is a popular form of entertainment in the region.
------------------------------------------------------------------------------------------
Jaranan Buto di Banyuwangi telah ada di Banyuwangi pada tahun 1930 yang merupakan kesenian Jaranan Turonggo Yakso dibawa oleh Orang – orang dari Trenggalek yang diangkut oleh pihak Belanda sebagai pekerja perkebunan di Banyuwangi. Jaranan Turonggo Yakso di Banyuwangi tetap dilestarikan keturunan orang-orang Trenggalek di Banyuwangi hingga beberapa generasi.
Karena penduduk Banyuwangi sulit melafalkan Jaranan Turonggo Yakso yang dari bahasa jawa Krama Inggil, maka disebutlah dengan Jaranan Buto yang diambil dari bahasa jawa Krama Ngoko sama-sama memiliki arti yang sama, Kuda Berbentuk Buta.
Jaranan Buto yang ada di banyuwangi dengan Jaranan Turonggo Yakso di Trenggalek tidak ada perbedaan sama sekali, barulah pada tahun 2010 dimasa kepimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas yang menggencarkan budaya dan pariwisata Banyuwangi dibuatkan kostum yang mencerminkan identitas banyuwangi, yakni penunggang kuda buto berkostum dan berias seperti buto yang menggambarkan sosok legendari Banyuwangi, Minak Jinggo.
selain itu juga dimasukanlah kesenian Barongan Kemiren kedalam jaranan Buto sehingga pada pertunjukannya lebih meriah dan ramai, semakin kuat Jaranan Buto menjadi identitas baru di Banyuwangi. Meskipun Jaranan Buto sudah menggunakan kostum yang berbeda dengan Jaranan Turonggo Yakso, tetapi dari gerakan dan iringan musik masih sama hingga terjadinya kesurupan, proses penyembuhan dilakukan oleh bomoh yang berpakaian warok ponorogo.
Jaranan Buto is a performing art originating from Banyuwangi, Indonesia, which uses accompanying music consisting of several instruments and pieces. It is also known as a traditional art form that has been passed down through generations. Jaranan Buto is often performed in ceremonies and festivals, and is a popular form of entertainment in the region.
------------------------------------------------------------------------------------------
Jaranan Buto di Banyuwangi telah ada di Banyuwangi pada tahun 1930 yang merupakan kesenian Jaranan Turonggo Yakso dibawa oleh Orang – orang dari Trenggalek yang diangkut oleh pihak Belanda sebagai pekerja perkebunan di Banyuwangi. Jaranan Turonggo Yakso di Banyuwangi tetap dilestarikan keturunan orang-orang Trenggalek di Banyuwangi hingga beberapa generasi.
Karena penduduk Banyuwangi sulit melafalkan Jaranan Turonggo Yakso yang dari bahasa jawa Krama Inggil, maka disebutlah dengan Jaranan Buto yang diambil dari bahasa jawa Krama Ngoko sama-sama memiliki arti yang sama, Kuda Berbentuk Buta.
Jaranan Buto yang ada di banyuwangi dengan Jaranan Turonggo Yakso di Trenggalek tidak ada perbedaan sama sekali, barulah pada tahun 2010 dimasa kepimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas yang menggencarkan budaya dan pariwisata Banyuwangi dibuatkan kostum yang mencerminkan identitas banyuwangi, yakni penunggang kuda buto berkostum dan berias seperti buto yang menggambarkan sosok legendari Banyuwangi, Minak Jinggo.
selain itu juga dimasukanlah kesenian Barongan Kemiren kedalam jaranan Buto sehingga pada pertunjukannya lebih meriah dan ramai, semakin kuat Jaranan Buto menjadi identitas baru di Banyuwangi. Meskipun Jaranan Buto sudah menggunakan kostum yang berbeda dengan Jaranan Turonggo Yakso, tetapi dari gerakan dan iringan musik masih sama hingga terjadinya kesurupan, proses penyembuhan dilakukan oleh bomoh yang berpakaian warok ponorogo.
Sponsored: Google Advertising